Rabu, 10 September 2008

Bapak - Anak Gelapkan Mobil


Novi (31) dan Suladi (54), bapak dan anak, warga Jl Trunojoyo, Kelurahan Songgokerto, Kota Batu ini terpaksa harus menginap dipenjara Mapolres Batu diduga gara-gara menggelapkan mobil.
Mobil yang digelapkan oleh Novi adalah 1 unit Daihatsu Zebra tahun 1994 lengkap beserta STNK dan BPKB milik Subawon (42), korban, warga Jl Trunojoyo, Songgokerto.
Selain menangkap kedua tersangka, petugas mengamankan barang bukti berupa mobil Zebra milik korban yang sudah dilempar kepada beberapa orang lain.
Kasat Reskrim Polres Batu, AKP Dwiko Gunawan mendampingi Kapolres Batu, AKBP Teja Wijanarko membenarkan penangkapan tersebut. "Masih kita kembangkan penyelidikan," ujar kasat.
Diduga masih banyak korban penggelapan lain yang hingga kini belum melaporkan kejadian ini ke polisi. Sampai saat ini baru Subawon yang melaporkan kejadian ini ke polisi. Padahal menurut sumber ada 37 kendaraan yang sudah digelapkan oleh tersangka, jumlah itu diluar beberapa motor yang digelapkan tersangka.
"Tidak menutup kemungkinan masih ada korban yang lain, namun hingga saat ini baru Subawon," ujar kasat. Selang beberapa jam kemudian Nuralim (40), warga Gg garasi, Jl PB Sudirman, Batu melaporkan kejadian yang sama ke Polres Batu.
Nuralim kehilangan mobil pikap miliknya. Menurut Nuralim, ia didatangi oleh Novi dengan iming-iming mobil pikapnya akan disewa perharinya sebesar Rp 75 ribu. "2-3 hari disetori, setelah itu mobil saya menghilang, termasuk Novi. Baru hari ini saya memutuskan untuk melaporkan kejadian ini ke polisi," kata Nuralim.
Modus yang dilakukan Novi terhadap Subawon hampir sama seperti saat ia menggelapkan mobil milik Nuralim. Dengan bantuan Suladi, Novi menawarkan mobil minibus milik korban disewa.
"Tersangka mengatakan mobil ini akan disewa oleh BPR (Bank Pengkreditan Rakyat) dengan tarip Rp 100 ribu perhari, korban tertarik dia pun merelakan mobilnya disewa," jelas kasat.
Namun korban sama sekali tidak menerima uang setoran yang dijanjikan oleh kedua tersangka. Diam-diam tanpa sepengetahuan korban, mobil Zebra miliknya dipinjamkan kepada seseorang.
"Kepada orang ini dia mengatakan butuh uang karena anggota keluarganya sakit, dia pinjam uang Rp 10 juta sebagai jaminannya, tersangka menyerahkan mobil Zebra milik korban Subawon," kata kasat.
Orang yang dimaksud kasat ini tidak tahu kalau mobil yang dibawanya adalah mobil yang digelapkan tersangka. Dengan sukarela orang ini menyerahkan mobil tersebut kepada polisi dan merelakan uang Rp 10 juta yang dibawa tersangka.
Ditanya mengenai keterlibatan Suladi. Kasat mengatakan sebenarnya Suladi tidak tahu niat anaknya tersebut. Ia hanya diminta untuk mencarikan orang yang bersedia mobilnya disewa oleh BPR. "Meskipun tidak tahu, dia sudah terlibat dalam perkara ini," kata kasat.
Kendati demikian, hingga saat ini polisi masih belum bisa menyimpulkan apakah ada sindikat penggelapan mobil yang ada dibelakang Novi. "Belum ada indikasi kearah itu," katanya.

Curi Motor Ditangkap Polisi


Kunteng (22), warga Desa Sumberbrantas, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu terpaksa harus mendekam dipenjara Mapolres Batu. Rabu (10/8/08) ia ditangkap unit Reserse Kriminal (Reskrim) Polres Batu ditempat persembunyiannya di Ngantang, Kabupaten Malang.
Kunteng diduga telah mencuri motor GL Pro Nopol N 2571 KW, milik Giri (40), warga Desa Sumberbrantas, Kecamatan Bumiaji pada 27 Agustus 2008 lalu.
Selain menangkap tersangka, ditempat persembunyiannya, petugas menemukan barang bukti motor GL Pro milik korban yang sudah didendeng oleh tersangka. Meskipun sudah diprotoli, kelengkapan kendaraan masih lengkap.
Kasat Reskrim Polres Batu, AKP Dwiko Gunawan mendampingi Kapolres Batu, AKBP Tejo Wijanarko membenarkan penangkapan tersebut. "Kita berhasil temukan barang buktinya di tempat persembunyian. Hal ini sudah kita beritahukan kepada korban," kata Dwiko.
Menurut Dwiko, tidak hanya mempreteli motor milik korban, tersangka berupaya untuk mengaburkan identitas kendaraan. Hal ini terlihat dari nomor mesinnya sudah dirusak oleh tersangka.
Rupanya Kunteng bermaksud untuk mengganti nomor mesin ini dengan nomor yang baru. Begitu pula dengan nomor rangka (noka). Malah noka kendaraan ini sudah diganti dengan yang baru, hanya saja menurut Dwiko, noka yang asli masih terlihat meskipun samar.
"Setelah kita cek, ternyata nokanya sama dengan noka motor korban, akhirnya kendaraan ini kita boyong ke Mapolres," jelas Dwiko.
Tertangkapnya Kunteng ini tidak lepas dari kejelian polisi. Saat itu, kunteng mengambil motor korban di sebuah pesta hajatan warga. Waktu itu ada hiburan orkes di Sumberbrantas.
Saat pemiliknya lengah, Kunteng membawa kabur motor ini dan langsung melarikannya ke Kecamatan Ngantang. Pemiliknya yang tahu kendaraannya telah raib, melaporkan kejadian ini ke Mapolres Batu.
Begitu menerima laporan, polisi langsung melakukan penyelidikan dan menemukan titik terang, pelaku pencurian adalah Kunteng. Petugas pun langsung melakukan pengejaran dan berhasil menangkap tersangka.
Saat diperiksa petugas, Kunteng mengaku sebelumnya pernah mencuri sebuah motor Grand, di Kecamatan Gondanglegi, Kabupaten Malang sekitar tahun 1998. Saat itu tersangka berusia 12 tahun. Modus pencurian yang dilakukan tersangka, ia menjebol kabel motor dan menyambung kabel positif dengan kabel negative.

Teman Kencan Erna Diamankan Polisi

Polisi bekerja cepat dalam mengungkap kasus penemuan mayat Erna Nuriyati (44), warga Dusun Ngembul, Desa Jombok, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang. Hari Sabtu (26/7) petugas Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim) Polres Batu berhasil mengamankan teman kencan wanita yang dikenal bernama Marsiti ini.
Informasi yang berkembang laki-laki muda dan berwajah tampan ini diamankan polisi dirumahnya. Namun hingga saat ini polisi belum menetapkan sebagai tersangka, ia diamankan sebatas sebagai saksi kunci kematian Marsiti.
Untuk mengumpulkan bukti-bukti, polisi hari itu juga (Sabtu) langsung melakukan semacam reka ulang untuk mengetes pengakuan tersangka. Sejumlah warga disekitar tempat kejadian perkara membenarkan ada reka ulang tersebut.
"Tadi memang ada sejumlah polisi berpakaian preman, ada seseorang yang juga sempat kita lihat sebelumnya, apa dia orang yang menginap dengan korban ya ?," ujar Anton, salah satu warga yang kebetulan melintas.
Sebelum memulai rekonstruksi beberapa polisi berpakaian preman menutup pagar hotel dengan rapat. Ada yang berjaga-jaga dari kejauhan. Ia tidak paham apa yang dilakukan, hanya saja pemuda ini beberapa kali menceritakan apa yang baru dilakukannya.
"Seperti memberikan keterangan kepada beberapa orang berbadan tegap, kayaknya orang itu polisi," ujarnya.
Sementara itu Kapolres Batu, AKBP Dwi Safitri ketika dikonfirmasi masalah ini mengatakan polisi masih melakukan penyelidikan lebih mendalam untuk membuka tabir kematian korban.
"Kita masih melakukan penyelidikan, belum mengarah pada apa pun," ujar kapolres. Ditanya informasi sudah ada seseorang yang diamankan, kapolres masih belum memberikan jawaban.
Seperti diberitakan sebelumnya, Marsiti mengawali perjalanan hidupnya dengan menikahi seorang mahasiswa Belanda, Marsiti tidak dikarunia anak. Namun selama hidupnya dia memiliki seorang anak asuh yang bernama Elis. Saat ini Elis bekerja di Surabaya.
Selepas kepergian suaminya, Marsiti gonta-ganti pasangan. "Kita sudah sering mengingatkannya, sampai-sampai bosan, karena saran kita tidak digunakan," ujar keluarga korban.
Terakhir, korban menjalin hubungan dengan dua orang laki-laki, AG, warga Surabaya dan Yt, warga Pare, Kediri. Menurut kakak korban, Marsiti pergi dari rumahnya hari Minggu (20/7) sore.
Ia pergi diantarkan oleh YT dengan naik motor. Namun di jalan raya Jombok, keduanya berpisah. Korban naik bus menuju Batu, sementara Yt balik ke Pare, karena anaknya baru saja mengalami kecelakaan lalu lintas.
"Rabu (23/7) sore, Yt balik lagi ke rumah, malah waktu itu dia mengambil jaket serta baju untuk Yt. Waktu itu kita tanya, kok sendirian Marsiti mana, Yt mengatakan ia sedang berjualan bunga, tidak bisa ikut," kata kakak korban.
Sumber Memo di kepolisian, memang terindikasi tewasnya korban ada kaitannya dengan sebuah cinta segi tiga. Polisi saat ini sedang menyelidiki kebenaran informasi tersebut. Apa yang diamankan polisi salah satu dari mereka, kita tunggu penjelasan polisi.

Diduga Dibekap Bantal

Penyebab kematian Marsiti masih menjadi misteri, apakah dibunuh atau karena penyakit. Hasil otopsi RSSA Malang, korban menderita penyakit komplikasi, ditemukan gumpalan darah dikepala korban (darah tinggi/stroke), korban juga menderita kanker rahim serta iritasi pada lambung.
Iritasi pada lambung ini disebabkan karena korban memakan zat tertentu. Untuk mengetahui apa yang zat yang termakan tersebut, polisi masih menunggu hasil uji di labforensik Cabang Surabaya. Dikemaluan korban ditemukan sperma, diduga sebelum meninggal dunia, korban sempat berhubungan badan.
Sementara berdasarkan surat permintaan visum dari Polres Batu yang masuk ke RSSA, disebutkan korban meninggal dunia secara tidak wajar. Korban diduga meninggal dunia sekitar hari Kamis (24/7) sekitar pukul 05.00 pagi.
Pada laporan tersebut dijelaskan hasil olah TKP, korban meninggal dunia akibat ada unsur kesengajaan yang dilakukan oleh orang lain untuk menghabisi nyawanya. Memang pihak kepolisian masih belum bisa menegaskan penyebab kematian korban.
Namun dari hasil penyelidikan menyebutkan bahwa Marsiti meninggal akibat dibekap dengan menggunakan bantal. Otopsi yang dilakukan juga menyebutkan bahwa noda di selangkangan yang mirip dengan darah, ternyata adalah kotoran korban, bukan darah manusia.
Kapolres Batu, AKBP Dwi Safitri mengatakan hingga kini pihaknya masih terus melakukan penyelidikan untuk mengungkap kasus ini. "Masih dalam penyelidikan kita," ujarnya ditemui usai mengikuti rekapitulasi penghitungan Pilgub di kantor KPUD.
Polisi belum memastikan apakah peristiwa yang terjadi di hotel nomor 113 tersebut adalah pembunuhan. Pihaknya baru akan menyimpulkan bila sudah mendapatkan bukti-bukti yang mengarah pada peristiwa tersebut.
Apa penyebab kematian korban, Dwi Safitri mengatakan pihaknya masih menunggu hasil otopsi dari RSSA Malang. "Kita masih menunggu hasil otopsi, sabar ya," ujarnya.
Sementara itu, sumber-sumber Memo ditempat kejadian perkara, mengatakan sesaat sebelum penemuan mayat, teman korban yang diduga menjadi pelaku, pergi dari hotel tersebut, Kamis dini hari.
Waktu itu teman korban ini mengambil KTP di front office, sambil berpesan agar pegawai hotel tidak keburu membangunkan korban, dengan alasan korban sedang tidur karena kecapekan.

Rabu, 06 Agustus 2008

Persembahkan Vagina Kerbau

Bersih Dusun Cukal, Desa Bendosari, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang yang dilaksanakan Senin (4/8/08) berlangsung semarak. Ratusan orang memenuhi sepanjang jalan dusun yang dilewati pawai bersih desa.
Diantara iring-iringan kesenian tradisional desa setempat, terlihat juga seekor kerbau betina dituntun pemuka adat setempat. Kerbau ini menjadi symbol suci dalam bersih desa .
Usai pawai, kerbau ini akan disembelih setelah melewati ritual yang diyakini warga sudah turun temurun. Yang menarik, vagina kerbau ini dipotong dan menjadi sesaji yang ditempatkan di 4 tempat yang dianggap suci, yakni Sumber Dawuan Mulyosari, Sumber Kali Anget, Punden, Bak Penampungan Air (Tandon I) dan Tandon II.
“Selain sudah turun temurun, ada pertanda dari penyembelihan kerbau betina tersebut. Saat disembelih warga melihat banyak atau tidaknya darah dan air seni yang mengucur dari tubuh kerbau,” tegas M. Choirun Danu Rahardjo, Kades Bendosari.
Kalau darah yang mengucur dari leher yang disembelih dan air seni mengucur deras saat vagina dipotong, warga menyakini tanaman mereka disawah akan subur. Karena sumber air di desa ini akan melimpah.
“Kita meyakini, kalau darah dan air seninya mengucur deras, sumber air akan melimpah,” ujar H Nur Hasan, sesepuh desa.
Kedua tokoh masyarakat Dusun Cukal ini mengatakan tradisi ini sudah dilaksanakan sejak tahun 1793, oleh Mbah Suro Menggolo, Kades pertama yang juga orang yang pertama mbabat alas Dusun Cukal.
Pernah satu ketika, sekitar tahun 1963 tidak dilakukan penyembelihan hewan kerbau dan selamatan desa, situasi desa menjadi tidak tentram. Begitu pula saat kerbau betina diganti dengan kerbau jantan, banyak peristiwa yang mengusik ketenangan warga.
“Dulu pernah diganti dengan kerbau jantan, hasilnya terjadi penurunan debit air di sumber air, hingga tidak mencukupi untuk konsumsi atau pun untuk mengairi sawah,” tegas Nur Hasan.
Karena sebab itulah, setiap tahun selamatan bersih desa, serta ritual memberi sesaji vagina kerbau secara rutin dilaksanakan setiap tahun. “Bulannya terserah, yang penting harinya Selasa Kliwon. Kalau dulu biasanya dilaksanakan Bulan Besar, karena tahun ini musim penghujan, kita undur Bulan Agustus ini,” katanya.
Yang menarik dari sesajen vagina kerbau itu, ada keyakinan warga, apabila ada rumah tangga yang goyah terancam penceraian, cukup dengan memakan sedikit daging vagina kerbau tersebut, diyakini perceraian itu akan batal.
“Keyakinan seperti itu, tidak hanya obat batal cerai, kalau ada anak-anaknya nakal, makan daging sesaji ini bisa patuh. Asal dengan satu syarat, memintanya harus ijin, pasti diberi walau sedikit,” ujar Hasan.

Kamis, 31 Juli 2008

Identitas Mayat Wanita Diketahui


Kurang dari 24 jam setelah penemuan mayat, polisi akhirnya berhasil menemukan identitas wanita yang ditemukan tewas telanjang di sebuah kamar hotel di Jl PB Sudirman, Kota Batu, Kamis (24/7/08) pagi.
Wanita itu ternyata bernama Erna Nuriyati (44), warga Dusun Ngembul RT 19, RW 5, Desa Jombok, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang. Di kampungnya, wanita ini dikenal bernama Marsiti.
Korban berganti nama Erna, saat dinikah seorang mahasiswa Belanda 10 tahun yang lalu. Mereka bercerai, karena mahasiswa ini sudah balik ke negaranya.
Penemuan identitas ini berawal dari penemuan KTP korban di salah satu hotel yang berada disamping hotel tempat kejadian perkara (TKP). Ternyata sebelum menginap dihotel tempat ia ditemukan, korban menginap di hotel berinisial I.
Rabu sore, korban ditelepon seseorang yang diyakini pacar korban yang sudah booking kamar dihotel yang berada disamping hotel I. Korban pun berjalan kaki, karena itu, saat ditemukan korban hanya menggunakan sandal jepit.
Kasat Reskrim Polres Batu, AKP Dwiko Gunawan mendampingi Kapolres Batu, AKBP Dwi Safitri membenarkan hal tersebut. "Kita temukan identitas korban, jenazah pagi ini sudah dimakamkan," jelas kasat.
Jenazah Marsiti dimakamkan di pemakaman umum Dusun Ngembul, Desa Jombok, sekitar pukul 10.00. "Panjenengan sak niki pun sedo, panjenengan pun supe, mboten enten Tuhan selain Allah SWT (Anda sekarang sudah mati, anda jangan lupa tidak ada Tuhan selain Allah SWT)," kata modin membacakan talqin mayat sebelum pemakaman.
Marsiti adalah anak keenam dari 7 bersaudara. Selama ini, warga mengenal Marsiti sebagai seorang janda yang melakoni dua pekerjaan. Selain menjual bunga di Punten dan Selecta, ia juga dikenal sering gonta-ganti pasangan.
"Selama tidak mengganggu kampung, warga tidak mempermasalahkan. Di kampung dia (korban-red) baik," ujar salah seorang warga berbincang ditengah-tengah pemakaman.
Pernikahannya dengan seorang mahasiswa Belanda, Marsiti tidak dikarunia anak. Namun selama hidupnya dia memiliki seorang anak asuh yang bernama Elis. Saat ini Elis bekerja di Surabaya.
Selepas kepergian suaminya, Marsiti gonta-ganti pasangan. "Kita sudah sering mengingatkannya, sampai-sampai bosan, karena saran kita tidak digunakan," ujar salah seorang anggota keluarga yang wanti-wanti supaya namanya tidak dikorankan.
Terakhir, korban menjalin hubungan dengan dua orang laki-laki, AG, warga Surabaya dan Yt, warga Pare, Kediri. Menurut kakak korban, Marsiti pergi dari rumahnya hari Minggu (20/7) sore.
Ia pergi diantarkan oleh YT dengan naik motor. Namun di jalan raya Jombok, keduanya berpisah. Korban naik bus menuju Batu, sementara Yt balik ke Pare, karena anaknya baru saja mengalami kecelakaan lalu lintas.
"Rabu (23/7/08) sore, Yt balik lagi ke rumah, malah waktu itu dia mengambil jaket serta baju untuk Yt. Waktu itu kita tanya, kok sendirian Marsiti mana, Yt mengatakan ia sedang berjualan bunga, tidak bisa ikut," kata kakak korban.
Sumber di kepolisian, menyebutkan memang terindikasi tewasnya korban ada kaitannya dengan sebuah cinta segi tiga. Polisi saat ini sedang menyelidiki kebenaran informasi tersebut.
Hasil otopsi sementara, korban menderita penyakit kanker rahim, ditemukan pula gumpalan darah dikepala bagian belakang serta iritasi lambung. Polisi masih mencari tahu penyebab iritasi pada lambung lewat uji labforensik. Bisa dimungkinkan penyebab iritasi adalah korban mengkonsumsi zat mematikan. (*)

Minggu, 27 Juli 2008

Tewas Telanjang di Hotel


Seorang wanita bertubuh montok ditemukan tewas telanjang di kamar hotel nomor 113 yang berada di Jl PB Sudirman, Kota Batu, , Kamis 24/7/08 sekitar pukul 08.15. Mayat ini ditemukan pertama kali oleh room boy hotel yang akan mengirimi sarapan pagi. Saat pintu diketuk tidak ada jawaban dari dalam, saat dicoba dibuka, ternyata pintu dalam keadaan tidak terkunci.
Saat ditemukan pertama kali, korban dalam posisi tertelungkup, melintang ditengah ranjang. Kepala berada disisi Barat sementara kaki berada di sisi Timur. Wajah tertelungkup diranjang, rambut menutupi seluruh wajah dan dileher korban masih terlilit tali BH warna merah.
Tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan ditubuh korban.Dari mulut dan bibir korban muncul busa seperti orang yang baru saja tenggelam atau diracun. Dari kemaluannya ada noda seperti bercak darah yang sudah mengering. “Tapi kita belum bisa menyimpulkan apa ini darah atau kotoran,” salah satu dokter forensic RSSA.
Hingga kini polisi belum menyimpulkan apa penyebab kematian korban. “Tunggu hasil otopsi terlebih dahulu, kita belum bisa menyimpulkan apa penyebab kematian wanita ini,” ujar Kasat Reskrim Polres Batu, AKP Dwiko Gunawan mendampingi Kapolres Batu, AKBP Dwi Safitri.
Wanita ini diperkirakan berumur 35 tahun, kulit kuning langsat, tinggi badan 150 centimeter, rambut ikal agak bergelombang. Polisi menemukan tanda-tanda khusus ditubuh korban, didagu ada tahu lalat, begitu juga diselangkangan kanan bagian dalam ada tahi lalat yang berukuran lumayan besar. Tahi lalat juga ditemukan di tumit kanan bagian dalam.
Tidak jauh dari jasad korban ditemukan sebuah celana jeans warna biru, baju bunga-bunga warna hitam kombinasi cerah, celana dan BH warna merah serta sandal jepit warna hitam.
Saat ditemukan, korban menggenakan gelang warna silver, kalung rantai warna silver, kacamata baca berbentuk kotak dengan frame warna coklat.
Ditempat kejadian perkara (TKP) petugas mengamankan beberapa barang bukti lain, seperti sebuah handphone Soni Erricson T-120 warna silver, dua gelas air mineral yang salah satunya sudah kosong.
Ditanya apakah korban merupakan korban pembunuhan ?, Dwiko mengatakan pihaknya masih melakukan penyelidikan.”Kita masih mencari identitasnya, pasalnya tidak ada satu pun identitas yang tertinggal,” jelas Dwiko.
Sementara itu dilapangan beberapa orang disekitar hotel sempat melihat seorang wanita bersama seorang laki-laki didepan kamar sekitar tempat kejadian, Rabu (23/7/08) sekitar pukul 17.30.
“Habis Maghrib saya sempat lihat ada wanita berdiri di kamar itu, tapi tidak tahu apa benar wanita itu yang meninggal dunia,” kata Edi salah seorang kuli bangunan yang bekerja disamping hotel.
Kuat dugaan korban datang ke hotel itu dengan orang lain, hal itu terlihat dari jumlah minuman serta sejumlah benda yang ditemukan di TKP. Selain melakukan olah TKP, polisi bergerak cepat, Polres Batu mengirim satu tim buru sergap ke Surabaya serta satu tim lainnya untuk mencari keluarga korban.
Selain itu polisi sudah memeriksa dua saksi mata, yakni Iwan Purwanto dan Eko. Keduanya adalah room boy yang menerima kedatangan korban dan menemukan mayat wanita ini untuk pertama kalinya. Polisi juga mengirim air mineral ke labfor untuk mengetahui apakah cairan ini telah dicampur dengan racun. (*)


Lima Tahun, 4 Kejadian di Hotel

Penemuan mayat wanita telanjang tanpa identitas di hotel ini mengingatkan kita kembali pada beberapa kejadian sebelumnya. Tahun 2006 dihotel yang sama ditemukan seorang wanita terkapar dengan luka berdarah-darah.
Wanita ini tewas dengan luka-luka berdarah-darah, tidak jauh dari tubuh korban, polisi menemukan besi yang digunakan untuk memukuli korban. Korban tidak sadarkan diri dan harus dilarikan ke rumah sakit.
Pelakunya tidak lain adalah laki-laki yang punya hubungan khusus dengan korban. Beberapa tahun sebelumnya terjadi dua pembunuhan yang juga dilakukan oleh kekasih korban.
Peristiwa pertama terjadi di sebuah villa di Songgoriti, waktu itu oknum polisi membunuh WIL (Wanita Idaman Lain)-nya yang hamil besar gara-gara minta dinikahi secara sah. Sebelumnya seorang wanita setengah baya juga dibunuh PIL (Pria Idaman Lain) di salah satu hotel di Jl Diponegoro.
Pelaku pembunuhan sempat kabur, namun polisi berhasil menangkap pelakunya beberapa bulan setelah kejadian. Korban dibunuh dengan cara halus, air mineralnya dicampur dengan potas. Pembunuhan ini dilakukan bermotif cemburu.
Begitu banyaknya pembunuhan terjadi oleh orang dekat. Lokasi yang sering digunakan adalah hotel. Titut Pujihari, Ketua Paguyuban Vila Supo Songgoriti membenarkan hotel dan vila memang sangat rawan untuk disalahgunakan pelaku kriminalitas.
Namun mereka punya cara, agar peristiwa seperti yang terjadi dibeberapa hotel tidak terjadi di Vila Songgoriti. “Anggota kita jeli, kalau ada kejanggalan mereka pasti berkoordinasi dengan pengurus,” ujar Titut.
Selain itu pengelola vila menerapkan aturan ketat, selalu meminta KTP untuk dicatat serta kendaraan yang digunakan. “Sudah ada prosedur tetap yang disepakati seluruh anggota, kalau itu dilanggar sangsinya berat,” ujarnya. (*)

Senin, 21 Juli 2008

Sebuah Perenungan


"Tolong mas, jangan ditulis..... saya sudah ikhlaskan semuanya, saya tidak ingin anak saya menangis melihat ibunya terus bersedih, saya sudah bacakan surat Yasin, nafasnya yang tersenggal berubah menjadi tenang, ya wis to Le, ibuk ikhlas awakmu ninggal ibu. berangsur-angsur nafas anak saya teratur, sejenak hati ini merasa tenang, meskipun beberapa detik kemudian anak saya menghembuskan nafas terakhirnya. Saya ikhlas, tolong jangan ditulis ya mas...." ujar ibu muda ini sambil menangis sesenggukan.

Aku hanya bisa terdiam mendengar permintaan ibu ini, dadaku seperti mau meledak, begitu sesaknya dada ini. Aku bisa merasakan kepedihan ibu ini, baru lima jam yang lalu ia kehilangan anak. Anak laki-laki satu-satunya yang masih berusia tiga tahun tewas tergelincir dan tenggelam di bak penuh berisi minyak tanah.

"Saya tinggal sebentar ke belakang, mengembalikan sapu dan mengambil air panas untuk mandi si Tole, saat saya kembali ia sudah ada didalam bak minyak tanah dengan posisi kepala dibawah, kakinya diatas," ujarnya penuh sesal. Upaya melarikan ke rumah sakit tidak ada hasil, bocah berwajah tampan dan imut itu meninggal dunia.

Ditengah-tengah kepedihan ibu ini, aku datang dengan rentetan pertanyaan, kilatan lampu blitz. Apalagi kedatanganku dengan beberapa teman polisi yang punya kepentingan penyelidikan. Mendengar tangisan ibu muda ini, aku hanya bisa terdiam. Jujur ingin kubuang pena dan block note yang ada ditanganku. Hal yang sama juga dilakukan dua teman sesama jurnalis. Saat itu hatiku menjerit, Ya Allah... maafkan aku.

Sempat terjadi diskusi panjang dengan dua teman jurnalis, pembicaraannya seputar menulis atau tidak peristiwa ini. Bismillah semoga jalan yang kita tempuh benar, peristiwa yang baru dialami ibu ini adalah sebuah pelajaran hidup yang berharga. Tentu kita semua tidak ingin peristiwa ini terulang pada bocah-bocah yang lainnya. Lewat pemberitaan ini, aku berharap ibu-ibu lain lebih berhati-hati menjaga anaknya.

Aku manusia biasa, sore harinya didepan komputer, rasa bimbang kembali muncul sebelum bait berita kususun. Tulis... atau tidak...., nurani dan tuntutan profesi berperang. Bismillah, kutulis berita straight news menjadi beberapa angle. Diluar dugaanku, berita itu menjadi headline surat kabarku. Hati ini semakin berdebar-debar, membayangkan bagaimana reaksi keluarga membaca tulisanku.

Pagi-pagi kudatangi ibu muda ini, aku ingin minta maaf, meskipun aku tahu tidak ada yang salah dengan beritaku. Deg... dada ini seperti meledak, badan seperti rontok melihat ibu muda ini, apalagi tangan kanan memegang koranku. Aku membayangkan bagaimana kemarahannya.

Diluar dugaan, ibu muda bersama beberapa keluarga menerimaku dengan baik. Ia mempersilahkan aku masuk. Diceritakannya berbagai kenangannya dengan si kecil. "Meskipun hanya tiga tahun bersamanya, waktu itu sangat berharga untuk saya," ujar ibu muda ini. Plong sudah perasaanku, tak lupa kuucapkan maaf, dia mengangguk dan tersenyum kecil padaku.

Jangan pernah takut kehilangan cinta
Jangan pernah mengutuk TUhan karena kehilangan orang yang dicintai
Karena pasti ada rencana TUhan yang lebih baik dibalik hilangnya sebuah cinta.
Senin, 14 Juli 2008