Senin, 21 Juli 2008

Sebuah Perenungan


"Tolong mas, jangan ditulis..... saya sudah ikhlaskan semuanya, saya tidak ingin anak saya menangis melihat ibunya terus bersedih, saya sudah bacakan surat Yasin, nafasnya yang tersenggal berubah menjadi tenang, ya wis to Le, ibuk ikhlas awakmu ninggal ibu. berangsur-angsur nafas anak saya teratur, sejenak hati ini merasa tenang, meskipun beberapa detik kemudian anak saya menghembuskan nafas terakhirnya. Saya ikhlas, tolong jangan ditulis ya mas...." ujar ibu muda ini sambil menangis sesenggukan.

Aku hanya bisa terdiam mendengar permintaan ibu ini, dadaku seperti mau meledak, begitu sesaknya dada ini. Aku bisa merasakan kepedihan ibu ini, baru lima jam yang lalu ia kehilangan anak. Anak laki-laki satu-satunya yang masih berusia tiga tahun tewas tergelincir dan tenggelam di bak penuh berisi minyak tanah.

"Saya tinggal sebentar ke belakang, mengembalikan sapu dan mengambil air panas untuk mandi si Tole, saat saya kembali ia sudah ada didalam bak minyak tanah dengan posisi kepala dibawah, kakinya diatas," ujarnya penuh sesal. Upaya melarikan ke rumah sakit tidak ada hasil, bocah berwajah tampan dan imut itu meninggal dunia.

Ditengah-tengah kepedihan ibu ini, aku datang dengan rentetan pertanyaan, kilatan lampu blitz. Apalagi kedatanganku dengan beberapa teman polisi yang punya kepentingan penyelidikan. Mendengar tangisan ibu muda ini, aku hanya bisa terdiam. Jujur ingin kubuang pena dan block note yang ada ditanganku. Hal yang sama juga dilakukan dua teman sesama jurnalis. Saat itu hatiku menjerit, Ya Allah... maafkan aku.

Sempat terjadi diskusi panjang dengan dua teman jurnalis, pembicaraannya seputar menulis atau tidak peristiwa ini. Bismillah semoga jalan yang kita tempuh benar, peristiwa yang baru dialami ibu ini adalah sebuah pelajaran hidup yang berharga. Tentu kita semua tidak ingin peristiwa ini terulang pada bocah-bocah yang lainnya. Lewat pemberitaan ini, aku berharap ibu-ibu lain lebih berhati-hati menjaga anaknya.

Aku manusia biasa, sore harinya didepan komputer, rasa bimbang kembali muncul sebelum bait berita kususun. Tulis... atau tidak...., nurani dan tuntutan profesi berperang. Bismillah, kutulis berita straight news menjadi beberapa angle. Diluar dugaanku, berita itu menjadi headline surat kabarku. Hati ini semakin berdebar-debar, membayangkan bagaimana reaksi keluarga membaca tulisanku.

Pagi-pagi kudatangi ibu muda ini, aku ingin minta maaf, meskipun aku tahu tidak ada yang salah dengan beritaku. Deg... dada ini seperti meledak, badan seperti rontok melihat ibu muda ini, apalagi tangan kanan memegang koranku. Aku membayangkan bagaimana kemarahannya.

Diluar dugaan, ibu muda bersama beberapa keluarga menerimaku dengan baik. Ia mempersilahkan aku masuk. Diceritakannya berbagai kenangannya dengan si kecil. "Meskipun hanya tiga tahun bersamanya, waktu itu sangat berharga untuk saya," ujar ibu muda ini. Plong sudah perasaanku, tak lupa kuucapkan maaf, dia mengangguk dan tersenyum kecil padaku.

Jangan pernah takut kehilangan cinta
Jangan pernah mengutuk TUhan karena kehilangan orang yang dicintai
Karena pasti ada rencana TUhan yang lebih baik dibalik hilangnya sebuah cinta.
Senin, 14 Juli 2008

Tidak ada komentar: