Rabu, 10 September 2008

Bapak - Anak Gelapkan Mobil


Novi (31) dan Suladi (54), bapak dan anak, warga Jl Trunojoyo, Kelurahan Songgokerto, Kota Batu ini terpaksa harus menginap dipenjara Mapolres Batu diduga gara-gara menggelapkan mobil.
Mobil yang digelapkan oleh Novi adalah 1 unit Daihatsu Zebra tahun 1994 lengkap beserta STNK dan BPKB milik Subawon (42), korban, warga Jl Trunojoyo, Songgokerto.
Selain menangkap kedua tersangka, petugas mengamankan barang bukti berupa mobil Zebra milik korban yang sudah dilempar kepada beberapa orang lain.
Kasat Reskrim Polres Batu, AKP Dwiko Gunawan mendampingi Kapolres Batu, AKBP Teja Wijanarko membenarkan penangkapan tersebut. "Masih kita kembangkan penyelidikan," ujar kasat.
Diduga masih banyak korban penggelapan lain yang hingga kini belum melaporkan kejadian ini ke polisi. Sampai saat ini baru Subawon yang melaporkan kejadian ini ke polisi. Padahal menurut sumber ada 37 kendaraan yang sudah digelapkan oleh tersangka, jumlah itu diluar beberapa motor yang digelapkan tersangka.
"Tidak menutup kemungkinan masih ada korban yang lain, namun hingga saat ini baru Subawon," ujar kasat. Selang beberapa jam kemudian Nuralim (40), warga Gg garasi, Jl PB Sudirman, Batu melaporkan kejadian yang sama ke Polres Batu.
Nuralim kehilangan mobil pikap miliknya. Menurut Nuralim, ia didatangi oleh Novi dengan iming-iming mobil pikapnya akan disewa perharinya sebesar Rp 75 ribu. "2-3 hari disetori, setelah itu mobil saya menghilang, termasuk Novi. Baru hari ini saya memutuskan untuk melaporkan kejadian ini ke polisi," kata Nuralim.
Modus yang dilakukan Novi terhadap Subawon hampir sama seperti saat ia menggelapkan mobil milik Nuralim. Dengan bantuan Suladi, Novi menawarkan mobil minibus milik korban disewa.
"Tersangka mengatakan mobil ini akan disewa oleh BPR (Bank Pengkreditan Rakyat) dengan tarip Rp 100 ribu perhari, korban tertarik dia pun merelakan mobilnya disewa," jelas kasat.
Namun korban sama sekali tidak menerima uang setoran yang dijanjikan oleh kedua tersangka. Diam-diam tanpa sepengetahuan korban, mobil Zebra miliknya dipinjamkan kepada seseorang.
"Kepada orang ini dia mengatakan butuh uang karena anggota keluarganya sakit, dia pinjam uang Rp 10 juta sebagai jaminannya, tersangka menyerahkan mobil Zebra milik korban Subawon," kata kasat.
Orang yang dimaksud kasat ini tidak tahu kalau mobil yang dibawanya adalah mobil yang digelapkan tersangka. Dengan sukarela orang ini menyerahkan mobil tersebut kepada polisi dan merelakan uang Rp 10 juta yang dibawa tersangka.
Ditanya mengenai keterlibatan Suladi. Kasat mengatakan sebenarnya Suladi tidak tahu niat anaknya tersebut. Ia hanya diminta untuk mencarikan orang yang bersedia mobilnya disewa oleh BPR. "Meskipun tidak tahu, dia sudah terlibat dalam perkara ini," kata kasat.
Kendati demikian, hingga saat ini polisi masih belum bisa menyimpulkan apakah ada sindikat penggelapan mobil yang ada dibelakang Novi. "Belum ada indikasi kearah itu," katanya.

Curi Motor Ditangkap Polisi


Kunteng (22), warga Desa Sumberbrantas, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu terpaksa harus mendekam dipenjara Mapolres Batu. Rabu (10/8/08) ia ditangkap unit Reserse Kriminal (Reskrim) Polres Batu ditempat persembunyiannya di Ngantang, Kabupaten Malang.
Kunteng diduga telah mencuri motor GL Pro Nopol N 2571 KW, milik Giri (40), warga Desa Sumberbrantas, Kecamatan Bumiaji pada 27 Agustus 2008 lalu.
Selain menangkap tersangka, ditempat persembunyiannya, petugas menemukan barang bukti motor GL Pro milik korban yang sudah didendeng oleh tersangka. Meskipun sudah diprotoli, kelengkapan kendaraan masih lengkap.
Kasat Reskrim Polres Batu, AKP Dwiko Gunawan mendampingi Kapolres Batu, AKBP Tejo Wijanarko membenarkan penangkapan tersebut. "Kita berhasil temukan barang buktinya di tempat persembunyian. Hal ini sudah kita beritahukan kepada korban," kata Dwiko.
Menurut Dwiko, tidak hanya mempreteli motor milik korban, tersangka berupaya untuk mengaburkan identitas kendaraan. Hal ini terlihat dari nomor mesinnya sudah dirusak oleh tersangka.
Rupanya Kunteng bermaksud untuk mengganti nomor mesin ini dengan nomor yang baru. Begitu pula dengan nomor rangka (noka). Malah noka kendaraan ini sudah diganti dengan yang baru, hanya saja menurut Dwiko, noka yang asli masih terlihat meskipun samar.
"Setelah kita cek, ternyata nokanya sama dengan noka motor korban, akhirnya kendaraan ini kita boyong ke Mapolres," jelas Dwiko.
Tertangkapnya Kunteng ini tidak lepas dari kejelian polisi. Saat itu, kunteng mengambil motor korban di sebuah pesta hajatan warga. Waktu itu ada hiburan orkes di Sumberbrantas.
Saat pemiliknya lengah, Kunteng membawa kabur motor ini dan langsung melarikannya ke Kecamatan Ngantang. Pemiliknya yang tahu kendaraannya telah raib, melaporkan kejadian ini ke Mapolres Batu.
Begitu menerima laporan, polisi langsung melakukan penyelidikan dan menemukan titik terang, pelaku pencurian adalah Kunteng. Petugas pun langsung melakukan pengejaran dan berhasil menangkap tersangka.
Saat diperiksa petugas, Kunteng mengaku sebelumnya pernah mencuri sebuah motor Grand, di Kecamatan Gondanglegi, Kabupaten Malang sekitar tahun 1998. Saat itu tersangka berusia 12 tahun. Modus pencurian yang dilakukan tersangka, ia menjebol kabel motor dan menyambung kabel positif dengan kabel negative.

Teman Kencan Erna Diamankan Polisi

Polisi bekerja cepat dalam mengungkap kasus penemuan mayat Erna Nuriyati (44), warga Dusun Ngembul, Desa Jombok, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang. Hari Sabtu (26/7) petugas Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim) Polres Batu berhasil mengamankan teman kencan wanita yang dikenal bernama Marsiti ini.
Informasi yang berkembang laki-laki muda dan berwajah tampan ini diamankan polisi dirumahnya. Namun hingga saat ini polisi belum menetapkan sebagai tersangka, ia diamankan sebatas sebagai saksi kunci kematian Marsiti.
Untuk mengumpulkan bukti-bukti, polisi hari itu juga (Sabtu) langsung melakukan semacam reka ulang untuk mengetes pengakuan tersangka. Sejumlah warga disekitar tempat kejadian perkara membenarkan ada reka ulang tersebut.
"Tadi memang ada sejumlah polisi berpakaian preman, ada seseorang yang juga sempat kita lihat sebelumnya, apa dia orang yang menginap dengan korban ya ?," ujar Anton, salah satu warga yang kebetulan melintas.
Sebelum memulai rekonstruksi beberapa polisi berpakaian preman menutup pagar hotel dengan rapat. Ada yang berjaga-jaga dari kejauhan. Ia tidak paham apa yang dilakukan, hanya saja pemuda ini beberapa kali menceritakan apa yang baru dilakukannya.
"Seperti memberikan keterangan kepada beberapa orang berbadan tegap, kayaknya orang itu polisi," ujarnya.
Sementara itu Kapolres Batu, AKBP Dwi Safitri ketika dikonfirmasi masalah ini mengatakan polisi masih melakukan penyelidikan lebih mendalam untuk membuka tabir kematian korban.
"Kita masih melakukan penyelidikan, belum mengarah pada apa pun," ujar kapolres. Ditanya informasi sudah ada seseorang yang diamankan, kapolres masih belum memberikan jawaban.
Seperti diberitakan sebelumnya, Marsiti mengawali perjalanan hidupnya dengan menikahi seorang mahasiswa Belanda, Marsiti tidak dikarunia anak. Namun selama hidupnya dia memiliki seorang anak asuh yang bernama Elis. Saat ini Elis bekerja di Surabaya.
Selepas kepergian suaminya, Marsiti gonta-ganti pasangan. "Kita sudah sering mengingatkannya, sampai-sampai bosan, karena saran kita tidak digunakan," ujar keluarga korban.
Terakhir, korban menjalin hubungan dengan dua orang laki-laki, AG, warga Surabaya dan Yt, warga Pare, Kediri. Menurut kakak korban, Marsiti pergi dari rumahnya hari Minggu (20/7) sore.
Ia pergi diantarkan oleh YT dengan naik motor. Namun di jalan raya Jombok, keduanya berpisah. Korban naik bus menuju Batu, sementara Yt balik ke Pare, karena anaknya baru saja mengalami kecelakaan lalu lintas.
"Rabu (23/7) sore, Yt balik lagi ke rumah, malah waktu itu dia mengambil jaket serta baju untuk Yt. Waktu itu kita tanya, kok sendirian Marsiti mana, Yt mengatakan ia sedang berjualan bunga, tidak bisa ikut," kata kakak korban.
Sumber Memo di kepolisian, memang terindikasi tewasnya korban ada kaitannya dengan sebuah cinta segi tiga. Polisi saat ini sedang menyelidiki kebenaran informasi tersebut. Apa yang diamankan polisi salah satu dari mereka, kita tunggu penjelasan polisi.

Diduga Dibekap Bantal

Penyebab kematian Marsiti masih menjadi misteri, apakah dibunuh atau karena penyakit. Hasil otopsi RSSA Malang, korban menderita penyakit komplikasi, ditemukan gumpalan darah dikepala korban (darah tinggi/stroke), korban juga menderita kanker rahim serta iritasi pada lambung.
Iritasi pada lambung ini disebabkan karena korban memakan zat tertentu. Untuk mengetahui apa yang zat yang termakan tersebut, polisi masih menunggu hasil uji di labforensik Cabang Surabaya. Dikemaluan korban ditemukan sperma, diduga sebelum meninggal dunia, korban sempat berhubungan badan.
Sementara berdasarkan surat permintaan visum dari Polres Batu yang masuk ke RSSA, disebutkan korban meninggal dunia secara tidak wajar. Korban diduga meninggal dunia sekitar hari Kamis (24/7) sekitar pukul 05.00 pagi.
Pada laporan tersebut dijelaskan hasil olah TKP, korban meninggal dunia akibat ada unsur kesengajaan yang dilakukan oleh orang lain untuk menghabisi nyawanya. Memang pihak kepolisian masih belum bisa menegaskan penyebab kematian korban.
Namun dari hasil penyelidikan menyebutkan bahwa Marsiti meninggal akibat dibekap dengan menggunakan bantal. Otopsi yang dilakukan juga menyebutkan bahwa noda di selangkangan yang mirip dengan darah, ternyata adalah kotoran korban, bukan darah manusia.
Kapolres Batu, AKBP Dwi Safitri mengatakan hingga kini pihaknya masih terus melakukan penyelidikan untuk mengungkap kasus ini. "Masih dalam penyelidikan kita," ujarnya ditemui usai mengikuti rekapitulasi penghitungan Pilgub di kantor KPUD.
Polisi belum memastikan apakah peristiwa yang terjadi di hotel nomor 113 tersebut adalah pembunuhan. Pihaknya baru akan menyimpulkan bila sudah mendapatkan bukti-bukti yang mengarah pada peristiwa tersebut.
Apa penyebab kematian korban, Dwi Safitri mengatakan pihaknya masih menunggu hasil otopsi dari RSSA Malang. "Kita masih menunggu hasil otopsi, sabar ya," ujarnya.
Sementara itu, sumber-sumber Memo ditempat kejadian perkara, mengatakan sesaat sebelum penemuan mayat, teman korban yang diduga menjadi pelaku, pergi dari hotel tersebut, Kamis dini hari.
Waktu itu teman korban ini mengambil KTP di front office, sambil berpesan agar pegawai hotel tidak keburu membangunkan korban, dengan alasan korban sedang tidur karena kecapekan.